Jumat, 19 Juli 2019

Konvergensi Media

RANGKUMAN BUKU KONVERGENSI MEDIA
Nama : Rena Dianti
NIM   : 1971510928
Matkul : Pengantar Ilmu Komunikasi



• Konvergensi Media
      Media massa mengalami beberapa tahapan perubahan, transformasi, dan bahkan bermetamorfosis. Perkembangan teknologi komunikasi (massa) bermula dari mesin cetak yng menghasilkan surat kabar dan buku. Teknik fotografi yang menghasilkan film. Teknologi gelombang elekromagnetik yang melahirkan radio dan televisi. Terakhir, telnologi berbasis internet yang kemudian memopulerkan istilah media baru. Kehadiran internet mengubah secara drastis perkembangan media massa. Internet memicu dua perubahan mendasar dalam lingkungan media massa. Pertama, perubahan proses jurnalistik. Kedua, perubahan bentuk dan format organisasi media. 
      Jika sebelumnya setiap jenis media massa berdiri sendiri, kini mereka bergabung dalam satu kesatuan yang dikenal dengan konvergensi. Makanya tidak heran bila sekarang hampir semua media cetak dan elektronik menyertainya dengan bentuk berita online, e-paper, dan live streaming. Sementara itu, perubahan pada bentuk dalam organisasi media menghadirkan konvergensi media. Perubahan bentuk ini sebagai salah satu alternatif untuk bertahan atau survive dari perubahan zaman akibat kemajuan teknologi, komunikasi dan informasi. Konvergensi juga merupakan aplikasi dari teknologi digital, yaitu integrasi teks, suara, angka, dan gambar; bagaimana berita diproduksi, didistribusikan, dan dikonsumsi. Konvergensi media ternyata bukan hanya berpengaruh pada perubahan proses jurnalistik, tetapi juga menyangkut ke berbagai aspek kehidupan. Singkat kata, konvergensi media bakal menghadirkan konstruksi sosial media baru yang belum pernah terjadi sebelumnya. Konstruksi sosial media baru dihasilkan dari proses ekspresi dan proyeksi sosial pekerja di media yang membentuk siaran, tayangan, dan tulisan. Siaran, tayangan, dan tulisan inilah kemudian membangun dalam relasi sosial antara pekerja di media dan masyarakat. Hal ini disebabkan siaran, tayangan, dan tulisan untuk khalayak baik yang dijual ataupun digratiskan akan membantu makna tertentu.
Makna terjadi karena ada tanda. Ada tiga jenis makna dalam sebuah proses komunikasi, yaitu makna si penutur, makna bagi si pendengar, dan makna yang melekat pada tanda itu sendiri. Makna adalah hubungan sosial yang dibangun oleh sinyal di antara sang emisor dan reseptor. Makna timbul karena adany interaksi antar satu orang atau lebih dalam konteks tertentu. 
       Konglomerasi media kian hegemonik dan menemukan momentumnya seiring dengan ideologi kapitalisme masuk ke dunia jurnalisme. Menurut Yusuf Amir Piliang, ada empat unsur utama kapitalisme global, yaitu waktu, ruang, uang, kecepatan. Salah satu akibat konglomerasi adalah seragaman siaran, tayangan, dan tulisan di tiga perusahaan media yang sedang di teliti. Keseragaman itulah yang merampas hak publik untuk mendapatkan informasi yang beragam. 

A. Konvergensi Media di Indonesia

1. Kompas Grup
     Secara singkat, kelahiran kompas bermula dari keinginnan Menteri/Panglima TNI Angkatan Dasar, Letjen Ahmad Yani untuk memiliki surat kabar yang bisa menandingi keperkasaan koran-koran Partai Komunis Indonesia (PKI). Cikal bakal Kompas Grup adalah Harian Kompas yang pertama kali terbit 28 Juni 1965. Surat kabar ini didirikan oleh alm. Petrus Kanisius (PK) Ojong dan Jakob Oetama. Nama Kompas sendiri merupakan nama pemberian Presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno. Sebab awalnya koran ini akan bernama Bentara Rakyat. Pada perkembangan selanjutnya, Bentara Rakyat menjadi nama sebuah yayasan yang menajdi penerbit Kompas. 
       Pada awalnya Kompas dekat dengan Partai Katolik. Frans Seda dan PK Ojong adalah aktivis Partai Katolik. Namun, pada perkembangan selanjutnya Kompas mencoba menjaga jarak bahkan mengklaim tidak memiliki hubungan lagi dengan misi Katolik. Pemutusan hubungan dengan Partai Katolik ini merupakan usaha Kompas untuk menjaga netralitas berita. Oplah Kompas ketika terbit pertama adalah 4.800 eksemplar dengan motto Amanat Hati Nurani Rakyat. 
       Kompas.com pertama kali hadir pada tanggal 14 September 1955 dengan nama Kompas Online. Seiring dengan perkembangan zaman, dan melihat ceruk pasar yang sangat besar untuk dunia situs berita, Kompas Online dikembangkan menjadi unit bisnis mandiri dibawah bendera PT Kompas Cyber Media.

2. Media Grup

        Media Grup bermula dari harian Media Indonesia yang kini merupakan koran nasional. Koran Media Indonesia terbit sejak 19 Januari 1970. Sekitar tahun 1987, pendiri Media Indonesia, Teuku Yousli Syah bekerja sama dengan mantan pemimpin surat kabar Prioritas, Surya Paloh. Prioritas diberedel oleh rezim Orde baru karena dianggap menggancam kekuasaan mereka. Dari kerja sama tersebut Media indonesia berada dibawah manajemen baru PT Citra Media Nusa Purnama. 

3. MNC Grup
        Perusahaan yang berdiri pada tanggal 17 Juni 1997 adalah perusahaan publik. MNC memiliki visi menjadi grup media dan multimedia yang terintegrasi, dengan fokus pada penyiaran televisi dan konten berkualitas yang disiarkan melalui teknologi yang tepat untuk memenuhi kebutuhan pasar. Sementara itu, misi nya adalah memberi konsep hiburan keluarga terlengkap dan menjadi sumber berita dan informasi terpercaya di Indonesia. 
        Koran Sindo merupakan surat kabar di bawah PT Media Nusantara Informasi. Ia terbit perdana tanggal 30 juni 2005. PT Media Nusantara Informasi adalah anak perusahaan dari MNC Grup. 


• Media Sebagai Ideolog dan Aktor Politik

            Wacana merupakan kumpulan pernyataan yang dihasilkan dari relasi kekuasaan dan pengetahuan melalui mekanisme yang bersifat plural, produktif, dan menyebar serta dikonstruksi dengan cara stimulasi. Wacana dalam satu rentang waktu tertentu, akan menghasilkan episteme baru. Dalam konteks ini memungkinkan munculnya pengetahuan dan teori baru. Epistemologi yang berkenaan dengan praktik wacana dan aturan main yang berada di baliknya adalah yang dikenal dengan arkeologi pengetahuan. Sementara itu, genealogi menjadi model analisis yang melihat relasi antara pengetahuan dan kekuasaan dalam satu bingkai wacana dalam satu situasi dan konsisi tertentu. Dalam konteks inilah kekuasaan media membuat lima wacana yang diangkat dalam penelitian ini menemukan signifikansinya. Wacana-wacana itu adalah Kecurangan Kampanye Pilpres, Dugaan Pelanggaran HAM Prabowo, Debat Capres-Cawapres, Konser Salam 2 Jari, dan Keberpihakan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Kelima wacana itu merupakan representasi dan pola pikir redaksi Kompas Grup, Media Grup, dan MNC Grup sebagai subjek atau pemroduksi wacana. 
        Seperti kata Foucault wacana bersifat ideologis karena menyimpan sesuatu ayng tersembunyi. Artinya, selain mengonstruksi wacana, melalui berita yang menyimpan agenda ideologi media seperti yang disebutkan juga oleh John B. Thomson, bahwa ideologi memiliki tiga perangkat, yaitu sistem keyakinan yang menandai kelas tertentu, suatu sistem keyakinan ilusioner, dan proses umum produksi makna dan gagasan. 



Post-Jurnalism

        Perkembangan jurnalisme kontemporer sangat mengerikan karena jurnalisme berubah terus. Jurnalisme ditantang oleh teknologi komunikasi yang lebih baru yang menyebabkan jurnalisme harus menyesuaikan dirinya. Patokan-patokan membuat kebenaran harus terus disampaikan. Karena kalau komitmen jurnalisme terhadap laporan fakta pudar, berarti jurnalisme mati; jurnalisme selesai. Pada pilpres 2014 menunjukan bahwa ragam terhadap fakta sudah menjadi biasa. Model keberagaman jurnalistik inilah bisa dipotret sebagai fenomena post-jurnalism. Kamus Oxford mendefinisikan post-truth sebagai kondisi ketika fakta tidak terlalu berpengaruh dalam membentuk opini publik dibanding emosi dan keyakinan personal. Artinya, fakta atau peristiwa hanya sebagai cikal bakal semata, tetapi yang membentuk persepsi dan pengaruh ke publik adalah adukan emosi, rasa sentimen, dan keyakinan pribadi. Fakta dan peristiwa dibungkus oleh media sehingga menjadikan lebih indah dari sebenarnya. 
        Fenomena post-truth sangat menggila di media sosial. Twitter, misalnya, adalah media sosial paling mudah menyampaikan keriuhan yang menjadi ciri khas post-truth ini. Di dunia jurnalisme berita hoax adalah salah satu indikasi post-truth. Dalam post-jounslism tidak ada standar etika dan moralitas yang bisa dipegang. Masyarakat kesulitan membedakan antara berita dan hoax. 
        Dalam Post-journalism, jurnalisme terjebak dalam kontestasi dengan media sosial, khususnya dalam proses penyebaran informasi. Akibat kontestasi yang tidak seimbang plus beragam faktor diluar jurnalisme, kualitas dan dunia jurnalisme bergeser serta terjadi penurunan martabatnya. Kini, Indonesia berada di post-jounalism. Pertarungan sarkastis, vulgar, dan tuna etika di bidang media bukan tidak mungkin terjadi pada Pilpres 2019, bahkan dengan lebih dahsyat lagi. Sesungguhnya Pilpres 2019 adalah babak kedua dari Pilpres 2014.

        

Konvergensi Media

RANGKUMAN BUKU KONVERGENSI MEDIA Nama : Rena Dianti NIM   : 1971510928 Matkul : Pengantar Ilmu Komunikasi • Konvergensi Media    ...